Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Dari Mijit sampai Ngindik (Mengenang Abah Najib Salimi)

Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah Tahun 2002 “Kang, ditimbali Abah!”, tiba-tiba Kang Rozad muncul dari balik pintu kamar. “Ono opo tho kang?”, tanyaku yang baru saja meletakkan kitab di rak buku. Jam ngaji telah selesai. Malam pukul 23.30 WIB. “Wes pokoke neng ndalem sek rono! Ndang cepet! Kang Sukri ora ono soale”, jawab Kang Rozad lagi. Aku pun bergegas menuju ndalem diikuti Kang Rozad yang kembali ke dapur untuk menyiapkan wedang. Setelahnya aku baru tahu, kalau Kang Sukri yang biasa memijet Abah Najib sedang tidak ada. Entah, sudah dicari-cari tidak ketemu. Dan ini kali pertama aku menggantikan Kang Sukri untuk memijat Abah. “Rene cung!”, ujar Abah. “Njih Bah”. “Pijeti aku!”. Lalu dengan tangan agak gemetar dan kikuk ku mulai memijat suku Abah meskipun sebenarnya ku tak benar-benar bisa memijat. Entah terlalu keras atau justru terlalu lembut pinjatanku, aku tak tahu. Tak jauh dari letak lenggahe Abah, ada tamu yang terus berbincang-bincang dengan Abah. Aku memijat salah s